Rabu, 21 Januari 2009

Republik Indonesia Segera Jadi Produsen Gas Terbesar

Jakarta- Masa oil boom Bagi Indonesia sudah berlalu dua decade silam. Namun zaman keemasan itu diperkirakan bisa diulang. Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla optimis Indonesia kembali menjadi kekuatan ekonomi berbasis energy di dunia. Tapi komoditasnya bukan minyak bumi seperti era 1980-an namun gas. “Saya optimis Indonesia Berjaya sebagai produsen gas alam cair terbesar di dunia. Satu decade ke depan adalah masa Indonesia mengekspor gas. Saya yakinkan itu pada anda,” ujar Jusuf Kalla ketika membuka konferensi dan pameran internasional Forum Indogas 2009 di Jakarta Convention Center kemarin(19/01).
Hadir dalam kesempatan itu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, Wakil Direktur Utama PT Pertamina Iin Arifin Takhyan, serta sejumlah pebisnis migas nasional serta Internasional. Kalla menegaskan, lapangan gas yang potensial untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Surplus energy antara lain, Tangguh Natuna, Selat Makasar, Masela, dan senoro. Sejauh ini lapangan gas yang telah dieksplorasi adalah Sumatera ( Aceh, Jambi, Riau), Kalimantan (Bontang), dan Jawa (Cepu dan laut jawa).
Menurut data Departemen ESDM, potensi cadangan gas Indonesia tercatat 190 trilliun kaki kubik (TCF). Sekitar 140 TCF merupakan cadangan terbukti dan baru 90 TCF terikat komitment kontrak. Eksploitasi ladang gas telah dilakukan sejumlah perusahaan multinasional hamper separo abad dari Lapangan Arun dan Bontang , Indonesia bisa mengekspor gas ke Jepang dan Korea. Meski demikian , kedua lapangan itu diakui sudah menua dan tidak bisa digenjot sebanyak dulu.
Pada era 1970 sampai 1980-an yang dikenal dengan era oil boom, minyak bumi pernah menyumbang 90 persen pendapatan ekspor. Dengan kebutuhan energy dunia yang terus meningkat, posisi tawar Indonesia akan kembali meningkat. “Bila Industri asing menggunakan gas Indonesia, Industrinyaharus dibawa mendekat ke sumber gas. Jadi mereka harus datang untuk berinvestasi di Indonesia. Bukan seperti sekarang kita yang harus kirim gas keluar negeri,” jelasnya.
Selain mengekspor gas alam cair Indonesia menggunakan sebanyak-banyaknya gas untuk Industri dalam neeri. “selain devisa dari penjualan ekspor, bangkitnya industry dalam negeri akan menyerap tenaga kerja lebih banyak,” katanya. Di dalam negeri sendiri kebutuhan pupuk yang mencapai tujuh juta ton per tahun memerlukan kontinuitas pasokan gas. Pemerintah jua mendorong pemanfaatan gas alam dengan program konversi bahan bakar minyak untuk retail dan pembangkit listrik.

Sumber : Jawapos 20012009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar